Menulis Sebagai Self Healing

Untuk semua orang di luar sana, jangan takut menemukan titik terendah dalam hidup. Carilah celah terkecil dari titik terendahmu yang akan membuatmu terus semangat menjalani hidup.

Hallo semuanya happy wekeend. Nama aku Eka. Dari kecil aku suka banget nulis, berawal dari suka baca majalah bobo sampai aku tulis lagi di buku tulis. Setiap ada pelajaran bahasa Indonesia yang ditugaskan untuk membuat dialog cerita aku sangat semangat untuk mengerjakannya. Kalo ditanya, apa mata pelajaran favorit tentu saja Bahasa Indonesia. Aku suka bercerita dalam bentuk tulisan.

Bagiku menulis adalah self healing terbaik, saat aku tidak bisa menceritakan isi hatiku, aku dapat meluapkannya dalam bentuk tulisan puisi dan naskah cerita pendek, novel maupun film yang tidak disangka bisa menjadi karya.

Waktu SMA aku bercita-cita ingin sekali membuat film dari naskah aku sendiri. Alhamdulillah di dunia perkuliahan, cita-cita aku terwujud. Di masa sekolah aku sering sekali mengunjungi perpustakaan sekolah untuk membaca novel ataupun puisi, setiap aku baca penulisnya, di dalam hati selalu bertanya “kapan ya namaku bisa di tulis di dalam buku seperti ini?” Ternyata ketika kita ada kemauan untuk eksplor hal baru, Allah mudahkan jalannya ya, Alhamdullilah di semester 2 perkuliahan aku mulai ikut lomba menulis puisi yang bukunya di bukukan, dan malah jadi kecanduan sampai sekarang sudah terbit 6 buku.

Tidak berhenti di situ, aku memiliki target besar yaitu memiliki satu buku novel perjalanan hidupku, Alhamdulillah sudah selesai, namun belum bisa aku terbitkan. Semoga bisa terbit secepatnya ya hehehe.

Tentu saja, dari panjangnya perjalananku menulis. Banyak lika – liku yang aku alami. Untuk ide dari karya – karya bukuku banyak yang aku ambil dari kisah aku sendiri yang aku modifikasi sedikit namun ada juga dari aku melihat kehidupan di sekitarku.

Kesulitan selama aku hobi menulis sih lebih ke omongan-omongan orang yang justru malah jadiin karya aku tuh ejekan untuk diri aku karena isi dari apa yang aku ceritakan. Tapi ada satu hal yang bikin aku sampai bener – bener down, waktu itu aku mau terbitin buku ke 5, ada seseorang yang bilang “itumah yang ikut cuma itu-itu aja, makanya lu kepilih” dari perkataan itu aku langsung berkecil hati dan sempat tidak ada semangat menulis lagi. Ketika mendengar perkataan itu, aku merasa bahwa selama ini dia atau bahkan orang lain menganggap bahwa karya yang aku buat tidak mengikuti seleksi dengan ketat. Padahal kenyataannya semua karya yang aku buat melalui penerbit yang berbeda – beda dan tentu saja dengan tema, isi karya, dan orang – orang yang berbeda.

Tapi, selayaknya manusia yang punya mental. Aku bangkit kembali dan mulai menerbitkan buku lagi di bulan ini. Untuk semua orang di luar sana, jangan takut menemukan titik terendah dalam hidup. Carilah celah terkecil dari titik terendahmu yang akan membuatmu terus semangat menjalani hidup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *