Halo, gue Rahajeng Puspitosari. Gue adalah seorang istri, ibu, dosen, dan karyawan swasta. Mungkin lo semua bertanya-tanya, gimana sih caranya gue bisa menyimbangkan semua peran itu? Jujur perjalanan ini gak mudah, tapi gue percaya kalau semuanya bisa dijalani asal ada niat dan manajemen waktu yang baik. Setiap hari gue harus mengatur waktu antara mengajar pagi, kerja di kantor, dan kadang mengajar lagi malam. Untungnya anak gue udah SD dan sekolahnya sore, jadi waktu kumpul keluarga biasanya di sore atau malam hari. Tapi yang paling challenging itu pagi-pagi, saat gue harus menyiapkan bekal anak, makanan suami, dan segala kebutuhan lainnya. Untungnya gue dibantu ART, jadi gue lebih fokus handle hal-hal yang penting.
Kalau ditanya, pernah gak ada komplain dari anak atau suami? Gue bersyukur banget karena mereka sudah terbiasa dengan ritme kerja gue. Bahkan kalau gue di rumah lebih lama dari biasanya, mereka malah heran. Tantangan terbesarnya mungkin pas kerjaan lagi hectic ditambah anak lagi ujian atau sakit. Tapi alhamdulillah, seiring waktu anak gue makin mandiri, jadi gue lebih bisa fokus ke prioritas.
Kenapa gue tetap memilih berkarier meskipun banyak yang bilang, “Ajeng, ngapain sih kerja? Suami lo kan udah mapan.” Buat gue, karier itu bukan cuma soal uang, tapi soal eksistensi diri. Gue gak mau kehilangan identitas sebagai “Ajeng.” Gue ingin tetap dikenal sebagai diri gue sendiri, bukan sekadar “mamanya Andaru” atau “istrinya Bagus.” Selain itu, gue juga percaya bahwa self-love itu penting. Gue harus bahagia dulu sebelum bisa membahagiakan keluarga gue.
Sebagai seorang ibu, gue selalu percaya bahwa peran ibu itu sangat besar dalam pendidikan anak. Gue berusaha banget mengajarkan anak gue, mulai dari disiplin, toleransi, hingga nilai-nilai agama. Karena ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Gue juga percaya, anak itu akan mencontoh apa yang dia lihat dari ibunya. Jadi, gue selalu berusaha menjadi role model yang baik di depan anak gue. Buat para ibu di luar sana gue cuma mau bilang, kita gak harus sempurna. Kita manusia, kita boleh salah, boleh lelah, dan boleh gak bisa segalanya. Yang penting adalah kita bahagia dulu. Jangan terlalu keras sama diri sendiri. Kalau kita bahagia, keluarga kita juga akan merasakan kebahagiaan itu.
Terakhir gue mau bilang, kita sebagai perempuan harus saling support satu sama lain. Apalagi buat ibu-ibu yang harus menggantikan peran ayah di keluarga, itu bukan hal yang mudah sama sekali. Kita harus saling apresiasi dan bantu, karena sesama perempuan kita tahu banget gimana beratnya tanggung jawab ini. Jadi, mari kita saling mendukung, karena hanya dengan support kita bisa terus kuat dan menjalani semuanya dengan lebih baik.