Hallo Sobat LMK! Waktunya cerita yang asyik – asyik nih mimpung weekend! Namaku Aulia Destiana Putri, biasa dipanggil Aul. Aku atlet pencak silat nasional dan sekarang lagi berjuang untuk bisa jadi atlet internasional. Perjalanan ini nggak gampang, tapi seru dan penuh dukungan dari ibuku, Bu Artati.
Sejak kecil, aku udah akrab banget sama pencak silat. Ibuku, Bu Artati, adalah pelatih silat yang terkenal di daerah kami. Dari kecil, aku selalu denger suara latihan di rumah. Tapi, jujur aja, waktu kecil aku lebih suka main bola sama teman-teman daripada latihan silat. Setiap kali disuruh latihan, aku sering cari alasan buat kabur. Tapi Bu Artati nggak pernah nyerah buat ngajak aku latihan. “Silat itu bukan cuman buat bela diri, tapi juga ngajarin disiplin dan hargai tradisi” katanya. Awalnya, aku merasa jenuh dan tertekan. Tapi lama-lama, aku mulai paham kalau ibuku ngelakuin itu karena dia lihat potensi besar di diriku.
Semua berubah waktu aku kelas 2 SMP, umur 13 tahun. Aku jadi atlet binaan Banten karena dorongan ibuku. Saat itu, aku bangga banget, tapi perjalanan belum selesai. Saat kelas 3 SMP, aku coba seleksi buat sekolah khusus olahraga Kemenpora. Nggak nyangka, aku berhasil lolos dan jadi atlet nasional binaan SKO Kemenpora! Setelah lulus dari SKO Kemenpora, aku lanjut kuliah di Universitas Budi Luhur lewat jalur beasiswa. Di semester 1, aku ikut seleksi jadi atlet binaan DKI Jakarta untuk mahasiswa. Dan lagi-lagi, aku berhasil lolos! Ini langkah besar lainnya buat karierku sebagai atlet pencak silat nasional.
Ibuku, Bu Artati, adalah kunci kesuksesanku. Tanpa dukungan dan dorongannya, aku nggak akan bisa mencapai semua ini. Dia selalu ada di sampingku, memberikan semangat saat aku hampir menyerah, dan mengingatkanku bahwa kerja keras dan disiplin akan membuahkan hasil. Ibuku adalah inspirasiku, yang membuatku percaya bahwa mimpi besar bisa terwujud dengan usaha dan tekad yang kuat. Untuk mencapai level internasional, aku harus berlatih lebih keras lagi. Jadwal latihan yang lebih ketat, ikut lebih banyak kompetisi, dan belajar dari pengalaman. Aku juga butuh dukungan moral dan finansial untuk bisa ikut kejuaraan-kejuaraan internasional. Tapi aku yakin, dengan semangat dan kerja keras, impianku bisa tercapai.
Bu Artati selalu bilang, “Ketekunan dan disiplin itu kunci. Jangan pernah nyerah, karena di balik setiap kesulitan pasti ada jalan.” Kata-kata itu yang selalu aku pegang setiap kali merasa lelah atau putus asa. Aku juga dapat banyak dukungan dari teman-teman dan sesama atlet yang selalu menyemangati. Tapi biarpun begitu perjalananku masih panjang, tapi aku yakin dengan kerja keras dan doa, aku bisa mencapai mimpi menjadi atlet internasional. Kisah ini bukan cuma tentang kemenangan, tapi juga tentang perjuangan, semangat, dan dukungan tanpa henti dari orang-orang tercinta, terutama ibuku. Semoga cerita ini bisa menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang dan nggak gampang nyerah, apa pun rintangannya!