Menekuni Dunia Fashion dari Bangku Kuliah hingga Panggung Modest Fashion Festival

Cesyik Cesyik

Halo, perkenalkan nama gue Syamira. Saat ini, gue berusia 21 tahun dan tengah menjalani pendidikan di jenjang perkuliahan. Gue berasal dari jurusan Kriya Tekstil dan Fashion yang sudah menginjak semester lima di Telkom University, Bandung.

Pada awalnya, alasan utama gue memilih jurusan ini hanyalah karena cita-cita masa kecil. Sejak dulu, gue selalu menyukai dunia fashion, baik itu pakaian maupun aksesori. Namun, kalau ditanya kenapa sekarang gue sangat tertarik dan berusaha mendalami bidang ini, jawabannya adalah karena gue merasa proses mendesain memberikan rasa penyembuhan bagi diri sendiri. Selain itu, gue juga terinspirasi oleh berbagai gerakan serta ide-ide kreatif yang mendorong gue untuk lebih serius menekuni bidang ini. Bahkan sejak kecil gue memiliki mimpi untuk membuka butik pribadi, salah satu langkah awal untuk mewujudkannya yaitu mengikuti jurusan yang gue pilih saat ini.

Selama perkuliahan, gue menyadari bahwa desain fashion memiliki beberapa kesamaan dengan DKV (Desain Komunikasi Visual). Namun di jurusan gue, karena kami fokus pada “Kriya Tekstil dan Fashion,” yang menitikberatkan pada karya buatan tangan, banyak aktivitas kami berkaitan dengan teknik kerajinan (handmade). Contohnya termasuk tie dye, eco-print, quilting, dan sebagainya. Meskipun begitu, penguasaan software desain seperti Adobe Illustrator, Photoshop, Canva, dan lainnya tetap menjadi bagian penting dari kurikulum.

Perjalanan gue menuju acara fashion show Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MF) memberikan pengalaman yang menantang sekaligus berharga. Gue menjadi salah satu dari delapan mahasiswa yang terpilih oleh dosen untuk mewakili kampus dalam acara ini. Dengan tema “Wastra dan Modest,” gue diberi kesempatan menciptakan karya yang masuk kategori high-end (adibusana). Proses pengerjaan satu tampilan ini memakan waktu cukup panjang, yaitu sekitar lima bulan, mulai dari menyusun mind-mapping, merancang konsep, membuat desain, hingga merealisasikannya menjadi pakaian.

Salah satu tantangan terbesar adalah pada detail tertentu, terutama saat memasang beads gantung. Gue mengalami kesulitan menemukan benang yang cukup kuat agar beads tetap kokoh dan tidak mudah lepas. Selain itu, waktu penyelesaian tahap akhir hingga finalisasi hanya diberikan dua minggu, yang menambah tingkat kesulitan. Meski begitu, acara tersebut berhasil terlaksana dengan sukses dan memberikan banyak pelajaran berharga. Kami juga berpartisipasi sebagai fitter untuk pakaian kami sendiri, yang memperkaya pengalaman tentang proses keseluruhan produksi busana. Kesimpulannya, apapun yang kita lakukan, usahakan untuk memberikan usaha terbaik. Pesan dari gue, selesaikan setiap tugas atau tanggung jawab dengan penuh keseriusan. Apapun yang dilakukan secara maksimal akan membantu kita terus berkembang. Orang lain juga akan melihat kesungguhan kita. Tapi, jangan lupa untuk tetap menikmati hidup! Gue berharap cerita ini bisa menjadi motivasi bagi orang-orang di sekitar gue agar mereka semakin serius menekuni bidang yang mereka pilih dan perlahan-lahan bisa mencapai kancah internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *