Hai teman-teman! Perkenalkan, aku Sahla Ri’ayatun Nufus, mahasiswi semester dua, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Desain Kreatif, Universitas Budi Luhur. Sebagai anak pertama, aku punya mimpi besar untuk memberikan dampak positif bagi sesama. Bagiku, hidup adalah tentang bagaimana kita bisa menjadi sumber inspirasi dan manfaat bagi orang lain.
Saat duduk di bangku kelas 12 SMA, aku punya target yang mungkin berbeda dari teman-teman sebayaku. Di saat mereka fokus memilih kampus impian, aku justru memutar otak mencari cara untuk bisa kuliah dengan biaya sendiri. Bukan berarti aku tak punya kampus negeri idaman, tapi yang lebih penting saat itu adalah “bagaimana” caranya aku bisa kuliah tanpa membebani orang tua. Berbagai pekerjaan sampingan kulakukan, mulai dari freelance hingga menjadi relawan, namun hasilnya belum memuaskan. Hampir menyerah? Tentu saja pernah! Namun, di saat itulah semesta seolah memberikan jalan. Waktu lagi scroll media sosial, aku menemukan informasi tentang Beasiswa Unggulan. Setelah melakukan riset mendalam, aku merasa bahwa beasiswa ini memiliki visi dan misi yang selaras dengan targetku.

Mendengar kabar tentang Beasiswa Unggulan, semangatku kembali membara! Aku memiliki waktu dua bulan untuk mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Surat rekomendasi, sertifikat UKBI, Letter of Acceptance, sertifikat lomba, organisasi, surat pernyataan, dan lain sebagainya. Aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku aktif mencari peluang untuk menambah sertifikat kepanitiaan. Dari sekian banyak lamaran volunteer yang kucoba, hanya satu yang berhasil, yaitu menjadi volunteer di acara HIMAHI Universitas Budi Luhur. Meskipun aku banyak ditolak volunteer bergengsi , namun diterimanya aku di HIMAHI menjadi pengalaman yang tak ternilai harganya. Bahkan, hal ini menjadi salah satu alasan utama mengapa aku memilih Universitas Budi Luhur sebagai kampus prioritasku. Tanpa ragu, aku segera mendaftarkan diri ke Universitas Budi Luhur.
Dengan bermodalkan sertifikat yang menurutku cukup, aku mulai menyicil persyaratan lainnya. Salah satunya adalah surat rekomendasi. Perjuanganku untuk mendapatkan surat ini sangatlah berarti. Untungnya, ada seorang guru yang sangat aku hormati dan banyak membimbingku selama di SMA. Beliau bersedia memberikanku surat rekomendasi. Lega rasanya! Selanjutnya, Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI). Tes ini dilakukan secara daring dan mengharuskan pendaftar untuk memesan kuota jauh-jauh hari. Tantangan muncul ketika jadwal tesku bentrok dengan kegiatan lain yang tak bisa ditinggalkan. Sempat panik, namun aku tak menyerah. Aku segera menjadwalkan ulang tes dan beruntungnya, tidak terlalu dekat dengan batas akhir pendaftaran. Persyaratan terakhir adalah Letter of Acceptance. Meskipun harus bolak-balik kampus untuk mengurus administrasi, aku yakin bahwa semua pengorbanan ini akan membuahkan hasil yang manis.
Pendaftaran Beasiswa Unggulan memang baru dibuka bulan Juli, tapi semangatku sudah membara sejak bulan Mei. Aku mulai menggali informasi tentang cara menulis esai yang memukau, karena esai adalah kunci utama dalam seleksi beasiswa ini. Media sosial menjadi sumber inspirasiku, membantuku merangkai kata demi kata untuk menceritakan diriku dan impianku. Ini adalah kali pertama aku menulis esai, sebuah tantangan yang membuatku semakin bersemangat. Belajar otodidak saja tidak cukup. Aku merasa perlu bimbingan dari awardee yang sudah berpengalaman. Aku mengikuti lima mentoring persiapan Beasiswa Unggulan, di mana kakak-kakak mentor, para awardee tahun sebelumnya, berbagi tips dan trik berharga. Mulai dari cara mendaftar, membuat esai yang memikat, hingga latihan wawancara yang meningkatkan kepercayaan diri.
Ditengah-tengah perjuangan mempersiapkan diri mendaftar Beasiswa Unggulan, aku banyak sekali melihat teman-teman seperjuangan yang aku temui di grup mentoring memiliki latar belakang yang sangat hebat, ada yang menang juara lomba OSN, lomba nasional dan internasional, olimpiade, dan kejuaraan hebat lainnya. Mengingat bahwa aku jarang sekali mengikuti lomba, dan setiap aku lomba aku tidak pernah mendapatkan gelar juara, hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk aku. Terlintas dipikiranku “bisa gak sih aku mendapatkan beasiswa ini, dengan sainganku yang memiliki latar belakang yang hebat”, tapi setelah aku konsultasi dengan kakak mentor, aku tersadar untuk fokus kepada potensi diri yang aku punya. Walaupun aku tidak memiliki riwayat juara yang bergengsi, tapi aku bisa menceritakan di esai tentang proses aku saat mengikuti lomba, walaupun tidak juara, namun pengalaman dan pelajaran apa yang aku dapatkan dari proses itu. Selain itu aku juga menceritakan potensi utama ku yaitu aktif dalam kegiatan dan kepanitiaan saat SMA, aku memutuskan untuk menonjolkan diri dalam pengalaman berorganisasi.
Berkat bimbingan dan riset mendalam tentang esai para awardee, aku berhasil menciptakan esai terbaikku. Di dalamnya, aku mengisahkan perjalanan pembentukan karakterku sejak SD hingga SMA. Aku bercerita tentang organisasi yang pernah kuikuti, berbagai lomba yang kujalani, dan pengalaman-pengalaman lain yang relevan. Tak lupa, aku juga memaparkan alasan memilih kampus dan jurusan, rencana studi dari semester awal hingga akhir, serta impianku dan alasan mengapa Beasiswa Unggulan harus memilihku. Bagiku, esai adalah segalanya. Selama 1,5 bulan, aku mencurahkan seluruh energi dan pikiranku untuk menyelesaikan tulisan ini. Bahkan, di mana pun aku berada, laptop selalu menemaniku. Di rumah, di mobil, di kafe, aku mencicil sedikit demi sedikit agar esai ini cepat selesai

Saat pendaftaran dibuka di bulan Juli, aku langsung mengisi semua persyaratan di situs web Beasiswa Unggulan. Sembari menunggu pengumuman, aku tetap mencari informasi tentang beasiswa lain sebagai rencana cadangan. Setelah satu bulan, akhirnya pengumuman tahap pertama tiba. Dan Alhamdulillah, aku lolos! tahap pertama. Tahap selanjutnya adalah wawancara, yang hanya berjarak dua minggu dari tahap pertama. Aku segera mengikuti mentoring lagi untuk latihan wawancara. Aku menyiapkan template jawaban, mencetaknya hingga tujuh lembar, dan menempelnya di dinding kamar agar selalu terbayang. Namun, saat latihan wawancara kedua, mentorku berkata bahwa jawabanku terkesan kaku dan seperti robot. Aku tersadar dan langsung menyimpan semua template jawaban yang sudah aku cetak. Aku belajar untuk percaya diri dan menjawab pertanyaan seadanya. Setiap kali berkendara, aku berlatih berbicara sendiri agar lancar menjawab pertanyaan. Akhirnya, di latihan wawancara ketiga, mentorku memberikan pujian. Katanya, jawabanku sudah bagus dan menunjukkan karakter anak komunikasi!
Hari wawancara tiba. Sejak pagi, aku sudah bersiap di depan laptop. Aku berdoa dan mengatur napas agar tidak gugup saat menjawab pertanyaan. Tepat pukul 10, aku memasuki ruang Zoom. Selama wawancara, aku berusaha untuk tetap tenang dan menjaga intonasi suara agar terdengar jelas oleh pewawancara. Meskipun ada beberapa pertanyaan yang membuatku blank, aku berhasil menyelesaikan wawancara selama 20 menit. Setelah wawancara, aku pasrah dan menerima apa pun hasilnya. Aku tetap fokus mencari alternatif beasiswa atau pendanaan lain untuk mencapai targetku.

Setelah satu bulan menunggu, hari pengumuman tiba. Sejak pagi, aku terus memeriksa email, namun tak kunjung ada kabar. Saat aku terbangun dari tidur siang, tiba-tiba ada notifikasi email. Aku sangat takut untuk membukanya, tapi ternyata ada tulisan “Selamat, Anda lolos tahap 2!” Aku sangat terkejut! Padahal, aku sudah sangat pasrah, apalagi saat wawancara banyak hal yang membuatku blank. Namun, Alhamdulillah, aku diterima di Beasiswa Unggulan. Targetku tercapai! Bagiku, diterima di Beasiswa Unggulan adalah sebuah amanah, sebuah jalan untuk mencapai impianku, seperti yang sudah kutulis dalam esai.

Setelah menjadi awardee Beasiswa Unggulan, aku merasa terpanggil untuk menyebarkan informasi tentang beasiswa ini kepada orang-orang di sekitarku. Aku bergabung dengan Forum Nasional Beasiswa Unggulan 2024, sebuah wadah bagi para awardee untuk bersatu dan menyuarakan tentang beasiswa ini. Tujuannya adalah agar di tahun berikutnya, kami bisa membantu lebih banyak orang untuk mendaftar. Aku bergabung dengan divisi sosialisasi dan mentoring, sesuai dengan impianku untuk menjadi mentor dan membantu lebih banyak orang mendapatkan kesempatan yang sama. Melalui forum ini, aku ingin berkontribusi positif bagi masyarakat, terutama di bidang pendidikan. Selain itu, aku juga memperluas jaringan relasi dengan awardee dari berbagai daerah di Indonesia, saling berbagi pengalaman dan peluang hebat yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pesanku untuk para calon mahasiswa dan mahasiswa yang sedang berkuliah: Ada banyak sekali peluang di luar sana agar kita bisa kuliah tanpa terbebani masalah finansial. Jadi, jangan ada alasan untuk malas-malasan menuntut ilmu. Peluang beasiswa terbuka lebar bagi kalian yang memiliki impian dan mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Untuk para calon pendaftar Beasiswa Unggulan, fokuslah pada proses yang kalian jalani dalam mencapai sesuatu, terutama saat menulis esai. Jika kalian belum pernah memenangkan lomba, ceritakanlah proses yang kalian lalui saat mengikuti lomba tersebut. Tunjukkan potensi yang ada dalam diri kalian, dan karya apa yang ingin kalian ciptakan.
Leave a Reply